Senin, 24 Agustus 2015

Ibu

Suatu pagi seorang anak gadis
berkata pada Ibunya :
"Ibu, ibu selalu terlihat cantik. Aku
ingin seperti ibu, beritahu aku
caranya ..."

Dengan tatapan lembut dan
senyum haru, sang Ibu
menjawab :
Anakku, "Untuk Bibir yang
menarik, ucapkanlah perkataan
yang baik"

"Untuk pipi yang lesung,
tebarkanlah senyum ikhlas
kepada siapapun"

"Untuk mata yang indah
menawan, lihatlah selalu kebaikan
orang lain"

"Untuk tubuh yang langsing,
sisihkanlah makanan untuk fakir
miskin"

"Untuk jemari tangan yang lentik
menawan, hitunglah kebajikan
yang telah diperbuatkn orang
kepadamu"

"Untuk wajah putih bercahaya,
bersihkanlah kotoran batin"

Anakku...
Janganlah sombong akan
kecantikan fisik karena itu akan
pudar oleh waktu.
Tapi Kecantikan perilaku tidak
akan pudar walau oleh kematian...

Jika kita benar, maka kita tidak
perlu marah.
Jika kita salah, maka kita wajib
minta maaf.

Janganlah terlalu mengingat masa
lalu, karena hal itu akan
membawa AIR MATA.
Jangan juga terlalu memikirkan
masa depan, karena hal itu akan
membawa KETAKUTAN.
Jalankan yang saat ini dengan
senyuman & rasa syukur karena
hal itu akan membawa keceriaan
& sukacita di hati.

Setiap ujian dalam hidup ini bisa
membuat kita PEDIH atau lebih
BAIK.

Setiap masalah yang timbul bisa
MENGUATKAN atau
MENGHANCURKAN hati kita.
Pilihan ada dï tangan kita apakah
kita akan memilih menjadi
pecundang atau pemenang.
Hal-hal yang indah tidak selalu
baik, tapi hal-hal yang baik akan
selalu indah...

Sumber ** fp_Rock legend

Rabu, 19 Agustus 2015

Jangan memaksa

Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan.

Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu
segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah
tempurungnya.

Si anak mencoba membukanya secara paksa.

“Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan mencoba mengajarimu.”

Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit.

Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak.

“Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”

Rabu, 05 Agustus 2015

Tamu yang mencerdaskan

Siang ini seperti biasa saya berada di kantor. Sedikit bercerita, saya adalah staff magang di pusat informasi dan humas Universitas Airlangga. Masih sama dengan
hari lain, tugas kami disini salah satunya adalah menerima tamu.

Tepat pukul 11 siang, pintu kantor diketuk. Saya dan staff lain mempersilakan tamu ini untuk masuk dan duduk. sebelum sempat kami selesai mempersilakan duduk, si Tamu bertanya, "Pak, Bu, ini bener kampus C Unair Mulyorejo?".

Dengan ramah kami meng-iyakan. Namun sekali lagi beliau bertanya pertanyaan serupa. Dengan heran kami kembali meng-iyakan. Namun terkejutnya kami ketika si Tamu berteriak girang, "horeee!! saya lulus!". Lalu si Tamu bercerita bahwa dia adalah siswa SLB, usianya 34 tahun namun kemampuan otaknya setara dengan anak usia 13 tahun.

Namanya Aput, dia dari Wonosari, Yogjakarta. Tujuannya kesini adalah untuk ujian. Ujian? Awalnya kami heran. Namun ternyata Aput sedang menjalankan ujian pencarian alamat. Bayangkan dengan kapasitas otaknya yang setara 13 tahun, ia menuju Surabaya, kota sebesar ini sendirian (ingat, dia dari Yogjakarta, 10 jam dari Surabaya).

Ia hafal benar ia harus naik bus Eka sampai Bungur Asih dan 2 kali naik angkutan umum untuk sampai ke Kampus kami.

Belum selesai disana, ketika kami menawarkan minum, ia menolak dengan alasan ia dilarang untuk meminta minta.

Keukeuhnya prinsip tidak meminta minta ini sampai memaksa kami mencari alasan lain agar ia menerima air minum itu (ia tampak sangat lelah dan kehausan). Kami
berdalih bahwa air minum itu adalah hadiah karena dia sudah lulus ujian (bisa menemukan alamat adalah ukuran kelulusannya).

Disela perbincangan kami ia bercerita bahwa di sekolahnya ia belajar baca tulis, ketrampilan, dan agama.

Ia menyebutkan ada dua agama disana yang pertama adalah agama Allahuakbar (red. Islam) dan pak Yesus (red. Kristen/Katolik).

kebetulan ia beragama Allahuakbar tuturnya. Lama berbincang, ia teringat bahwa hari ini adalah hari
Jumat. Ia membacakan (dia hafal, tanpa teks) surat Al-Jumu'ah bagi kami. Suaranya merdu dan bacaaannya benar, dia juga hafal dengan baik. Saya dan rekan kerja
saya sampai luluh dan menangis.

Dia juga memberi tahu kami bahwa ada aturan yang harus ditaati selama ujian ini.

Pertama adalah boleh bertanya, namun tidak boleh diantar.

Kedua adalah tidak boleh naik kendaraan yang bersifat mengantar seperti taxi dan becak.

Ketiga, tidak boleh meminta - minta. dan masih banyak aturan lain yang
mengoyak nurani saya.

Saya jadi berfikir, sudahkah kita memiliki moral sebaik tamu Tuna Grahita ini? Bahkan dia mencari tempat sampah untuk membuang sampahnya.

Sedangkan kita? Ada satu celetukan polos yang ia tanyakan pada kami. Ia bertanya, berapa banyak ayam
yang harus dijual untuk pergi ke Mekah? Untuk ke Surabaya saja ia harus menjual ayam 3 ekor. Ia ingin ke mekah karena sudah bisa mengaji.

Dari tamu ini saya belajar banyak tentang makna hidup, kejujuran, bagaimana berjuang dan terus memotivasi diri sendiri. Dia berkata bahwa dia dilarang bersedih. "Kata
pak Guru aku ngga boleh sedih, kalo sedih nanti bodo lagi", ucapnya polos.

Dari sini, masih bisa sombongkah kita bahwa mahasiswa adalah makhluk paling pintar dan paling baik moralnya? Mari belajar dari sekitar, termasuk dia.

ditulis oleh Intan Putri Purnama Ningrum

Prof atheis

Seorang profesor yg atheis berbicara dlm sebuah kelas.

Profesor : "Apakah Allah menciptakan segala yg ada?"

Para mahasiswa : "Betul, Dia pencipta segalanya."

Profesor : "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan."

(Semua terdiam, kesulitan menjawab hipotesis profesor
itu).

Tiba², suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.

Mahasiswa : "Prof, saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?"

Profesor : "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja, dingin itu ada."

Mahasiswa : "Prof, dingin itu tidak ada .. Menurut hukum fisika, yg kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas...

Suhu -460 derajat Fahrenheit adalah ketiadaan panas samasekali. Smua partikel mnjadi diam, tidak bisa
bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas...

Slanjutnya, Apakah gelap itu ada?"

Profesor : "Tentu saja ada!"

Mahasiswa : "Anda salah, Prof!

Gelap jg tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya.

Cahaya bisa kita pelajari, sedangkan gelap tidak bisa. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna. Tapi, Anda tdk bisa mengukur gelap...

Seberapa gelap suaturuangan diukur melalui berapa besar intensitas cahaya di ruangan itu.

Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya.

Jadi, apakah kejahatan/kemaksiatan itu ada?"

Profesor mulai bimbang, tapi

menjawab : "Tentu saja ada."

Mahasiswa : "Sekali lagi anda salah, Prof!

Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan/kemaksiatan. Seperti dingin & gelap, 'kejahatan' adalah kata yg dipakai
manusia utk menggambarkan ketiadaan Allah dalam dirinya.

Kejahatan adalah hasil dr tidak hadirnya Allah dlm hati manusia.

Profesor terpaku & terdiam.
Dosa terjadi krn manusia lupa hadirkan Allah dlm hati.
Sumber *Dariteman

Senin, 20 Juli 2015

Percayadiri menjadi muslim unggul dan kuat

SERINGKALI karena derasnya arus informasi yang tidak diimbangi dengan pemahaman yang kuat terhadap ajaran Islam, tidak sedikit anak-anak muda, bahkan sarjana dan akademisi yang tidak percaya diri (PD) dengan ke-Islam-annya.

Padahal, Rasulullah telah memberikan penegasan, “Al-Islamu ya’lu walaa yu’la ‘alayh ,” yang artinya, “Islam itu unggul dan tidak ada yang mengunggulinya.”

Keunggulan Islam itu terbukti dalam berbagai aspek, mulai dari kebenaran ajarannya, kebahagiaan para pelakunya (Nabi dan Rasul), sampai pada aspek saintifik berupa terbangunnya peradaban yang menginspirasi dunia hingga hari ini.

Sebelum dunia sekarang gaduh soal toleransi, Islam di Madinah telah memprakarsai bagaimana toleransi
dibangun. Umat Islam bisa berdampingan hidup bersama
non-Muslim. Tentu dengan kesepakatan-kesepakatan
yang telah disepakati bersama (Piagam Madinah).

Dalam konteks kemanusiaan, jangankan dalam kondisi damai. Dalam perang pun Islam melarang tentara Muslim membunuh anak-anak, kaum wanita, dan lansia. Bahkan, dalam sejarah, Sholahuddin Al-Ayyubi tidak mau berperang jika pemimpin pihak musuh sedang sakit.

Jadi, ketika menang, memang kemenangan itu diraih secara terhormat, bukan dengan kelicikan yang sering digunakan para penjajah dalam mengelabuhi penduduk pribumi.

Kemudian dalam ketertiban sosial, Islam melarang yang namanya khamr (minuman memabukkan, termasuk narkoba), sehingga tidak akan terjadi yang namanya kerusuhan, pembunuhan karena narkoba, kecelakaan mobil karena mabuk, dan lain sebagainya.

Prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh Imam Ghazali, Islam dengan syariatnya itu menghendaki yang namanya maslahat. Yakni melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Jadi, segala sesuatu yang termasuk upaya melindungi kelima pokok ini adalah maslahat.

Pemahaman di atas sebenarnya sudah cukup banyak diketahui oleh umat Islam sendiri. Pertanyaannya
kemudian adalah, bagaimana supaya pengetahuan di atas merasuk dalam jiwa sampai membentuk kerangka berpikir dan sistem kesadaran diri?

Pertama, iqra’ bismirabbik. Perbedaan umat Islam dengan umat lainnya adalah pada metodologinya dalam menggali ilmu pengetahuan, termasuk pada pengamalan paling sederhana, yakni membaca.

Dalam Islam, membaca harus disertai dengan bismirabbik, yang
artinya “ Dengan nama Tuhanmu .”
Sebagai contoh kasus, ketika kita melihat hujan, maka hujan ini tidak sebatas penjelasan teori fisika. Tetapi kita masuk lebih dalam bahwa hujan ini adalah bagian dari
rekayasa-Nya untuk menciptakan keseimbangan kehidupan alam, sehingga hujan akan dipandang sebagai rahmat.

Lantas, bagaimana tatkala hujan ternyata menimbulkan banjir? Perlu analisa terlebih dahulu. Pertama tentang bagaimana manusia memperlakukan alamnya. Kedua ,
bagaimana sikap manusia terhadap pepohonan dan tata lingkungannya. Ketika pembangunan sudah tidak lagi memperhatikan alam dan lingkungan, sudah pasti banjir adalah konsekuensi dari perbuatan tangan manusia itu sendiri.

Demikian pula dalam memandang lelaki dan perempuan. Keduanya diciptakan untuk berpasangan. Jadi,
bagaimana mungkin ada gagasan yang membolehkan praktik homoseksual dan lesbian. Jika pun itu dirasionalisasikan, maka itulah dampak membaca tanpa bismirabbik.

Kedua, memahami Rasulullah. Pernah ketika masih mahasiswa, saya mengikuti training organisasi
kemahasiswaan yang salah satu materinya membahas tentang kebenaran. Menurut instrukturnya kala itu, kita tidak boleh percaya begitu saja dengan apa yang orang
katakan sebagai sumber kebenaran, meskipun itu adalah apa yang diyakini kita sebagai kitab suci.

“Kebenaran itu dari titik nol, titik,” tegasnya. Saya lantas bertanya, “Apakah titik nol itu, di manakah
titik nol itu, dan siapakah yang mengatakan bahwa kebenaran itu dari titik nol? Kemudian, “Terus, siapa ibu dari yang mengatakan bahwa kebenaran itu dari titik nol,
siapa ayahnya, siapa keluarganya, siapa sahabat-sahabatnya, dan bagaimana kesehariannya dalam
pergaulan bersama sesama?”

Instruktur itu terdiam. Dan, tak lama kemudian menangis. “Saya merasa bersalah, sebab gara-gara materi ini, dulu saya sempat tidak shalat dan lepas jilbab,” ucapnya sembari mengusap air mata. Rasulullah itu manusia biasa, tetapi beliau membawa risalah wahyu. Dirinya terjamin, jelas asal-usulnya, lengkap sejarahnya, mulia akhlaknya, bermakna setiap ucapan dan tindakannya. Lantas, bagaimana mungkin kita lebih memilih sumber kebenaran lain daripada apa yang Rasulullah dakwahkan dengan penuh kasih sayang?

Ketiga, komparasi sejarah. Terakhir, kita mesti memahami
bahwa Islam itu adalah agama yang menghendaki
kemenangan bagi siapapun. Bukan penjajahan, seperti
yang selama ini dipraktikkan oleh peradaban Barat.
“Ketika Islam datang ke Indonesia, maka kekayaan alam
Indonesia tidak diangkut ke Makkah dan Madinah.
Sebaliknya, ketika Portugis dan Belanda datang ke
Indonesia, maka kekayaan alam Indonesia diangkut
sekuat mereka mengangkut ke negerinya masing-masing.
Jadi, Islam itu mulia dan memuliakan. Oleh karena itu,
penting bagi seluruh umat Islam, terutama generasi
mudanya untuk kembali mengkaji Islam secara serius,
sehingga tidak kehilangan jati diri, apalagi kehilangan
adab. Sungguh, Islam ini mulia dan akan mulia siapa
yang hidup istiqomah bersama ajaran Islam. Wallahu
a’lam .*/ Imam Nawawi
Rep: Admin Hidcom

Ciri orang berakal menurut Buya Hamka

SATU bukti Islam sebagai agama yang menghargai akal dapat dibuktikan dari banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an, baik yang tersurat maupun tersirat memerintahkan
umatnya untuk berpikir dengan memperhatikan apa saja yang ada di dunia ini, bahkan di dalam diri manusia itu sendiri.
Sebagaimana firman-Nya:

ﻭَﻓِﻲ ﺃَﻧﻔُﺴِﻜُﻢْ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗُﺒْﺼِﺮُﻭﻥَ

“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?. ” (QS Adz-Dzariyat [51]: 21).

Dengan demikian, sungguh beruntung umat Islam, karena kitab sucinya justru mendorongnya untuk
mempergunakan akalnya secara maksimal guna mengetahui hingga haqqul yaqin kebenaran ajaran Islam.

Oleh karena itu seorang Muslim itu idealnya adalah orang yang benar-benar memanfaatkan akalnya.

Menurut Buya Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam bukunya Falsafah Hidup orang berakal itu memiliki tanda-tanda nyata dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.

Pertama , orang berakal itu luas pandangannya kepada sesuatu yang menyakiti atau yang menyenangkan.

Pandai memilih perkara yang memberi manfaat dan menjauhi yang akan menyakiti. Dia memilih mana yang lebih kekal walaupun sulit jalannya daripada yang mudah
didapat padahal rapuh.

Jadi, akhirat lebih utama bagi
mereka dibanding dunia.

Kedua, orang berakal selalu menaksir harga dirinya, yakni dengan cara menilik hari-hari yang telah dilalui, adakah dipergunakan kepada perbuatan-perbuatan yang
berguna, dan hari yang masih tinggal ke manakah akan dimanfaatkan.

Jadi, tidak ada waktu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah, apalagi sampai menguliti kesalahan atau aib orang lain.

Ketiga, orang berakal senantiasa berbantah dengan dirinya. Sebelum melakukan suatu tindakan, ada
timbangan yang digunakan, apakah yang dilakukannya baik atau jahat dan berbahaya.

Kalau baik, maka diteruskan, jika berbahaya segera dihentikan.

Keempat, orang berakal selalu mengingat kekurangannya.

Bahkan, kata Buya Hamka, “Kalau perlu dituliskannya di dalam suatu buku peringatan sehari-hari. Baik kekurangan pada agama, atau pada akhlak dan kesopanan. Peringatan diulang-ulangnya dan buku itu
kerapkali dilihatnya untuk direnungi dan diikhtiarkan mengasur-angsur mengubah segala kekurangan itu.”

Kelima, orang berakal tidak berdukacita lantaran ada cita-citanya di dunia yang tidak sampai atau nikmat yang meninggalkannya.
Buya Hamka menulis, “Diterimanya
apa yang terjadi atas dirinya dengan tidak merasa kecewa dan tidak putus-putusnya berusaha. Jika rugi
tidaklah cemas, dan jika berlaba tidaklah bangga. Karena cemas merendahkan hikmah dan bangga mengihilangkan timbangan.”

Keenam, orang berakal enggan menjauhi orang yang berakal pula.

Artinya, temannya adalah orang yang berhati-hati dalam hidupnya, sehingga terjaga komitmennya dalam memegang risalah kebenaran.

Ketujuh, orang yang berakal tidak memandang remeh suatu kesalahan.

“Walaupun bagaimana kecilnya di mata orang lain. Dia tidak mau memandang kecil suatu kesalahan. Karena bila kita memandang kecil suatu kesalahan, yang kedua, ketiga, dan seterusnya, kita tidak merasa bahwa kesalahan itu besar, atau tak dapat membedakan lagi mana yang kecil dan mana yang besar.”

Kedelapan , orang yang berakal tidak bersedih hati. Buya Hamka menulis, “Orang yang berakal tidak berduka hati. Karena kedukaan itu tiada ada faedahnya. Banyak duka
mengaburkan akal. Tidak dia bersedih, karena kesedihan tidaklah memperbaiki perkara yang telah terlanjur. Dan, banyak sedih mengurangi akal.”

Kesembilan, orang berakal hidup bukan untuk dirinya semata, tetapi untuk manusia dan seluruh kehidupan.

Buya Hamka menulis, “Orang berakal hidup untuk masyarakatnya, bukat buat dirinya sendiri.”

Demikianlah sembilan tanda orang berakal menurut Buya Hamka. Dan, lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa orang berakal itu hanya memiliki kerinduan kuat pada tiga perkara.

Pertama, menyediakan bekal untuk hari kemudian. Kedua, mencari kelezatan buat jiwa. Dan, ketiga, menyelidiki arti hidup.

Subhanallah, uraian Buya Hamka ini sangat berfaedah buat kita semua untuk mengukur diri, apakah selama ini telah memanfaatkan akal sebaik-baiknya, atau justru sebaliknya.

Tetapi, apapun yang telah berlalu, sekarang adalah saatnya kita meningkatkan iman dan taqwa
dengan memaksimalkan fungsi dan peran akal sesuai dengan tuntunan ajaran Islam . Wallahu a’lam .*

Di copy dari hidayatullah.com

Minggu, 21 Juni 2015

Yang Lebih Menakjubkan dari Mukjizat

oleh Salim A. Fillah dalam Rajutan Makna . 04/03/2014

Inilah Madinah, pekan-pekan
menjelang Perang Ahzab. Pada hari-hari itu, sebagaimana diceritakan
oleh Jabir ibn ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu , jatah makan untuk setiap penggali Khandaq di kota Madinah adalah sebutir kurma, seteguk air, dan tepung yang diadoni minyak panas.

Seberapa banyak tepung itu? “Jika tangan kami terbasuh air kemudian
dimasukkan ke dalam kantung persediaan tepung”, ujar Jabir, “Maka tepung yang menempel di telapak yang basah itulah jatah makan sehari kami.”

Tentu saja, sebab terbayangkan bahwa pengepungan pasukan Quraisy dan sekutunya akan berlangsung lama.

Dan para sahabat kian merasa malu ketika Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang turut bekerja bersama mereka sejak di hari pertama mengangkat beliungnya untuk menghantam batu terkeras yang mereka temukan di jalur penggalian parit pertahanan.
“Allahu Akbar”, beliau bertakbir, mengabarkan akan sampainya
Islam dan kaum muslimin ke Syam, Persia, dan Yaman.

Selain iman yang semakin terukir lagi berkibar, di benak para sahabat
tersisa rasa getir yang menggeletar.

Ada dua batu di sana. Terselempit di sela sabuk celana Rasulullah yang mengganjal perutnya. Aduhai, bagaimana tak terbit airmata. Kekasih Allah yang paling mulia, lebih lapar dibandingkan seluruh
sahabatnya. Dia ada bersama, dalam suka dan duka. Dia turut bekerja, tak ingin istimewa.

“Seandainya kami duduk saja
sementara Sang Rasul bekerja”, demikian senandung orang-orang Anshar yang lalu dinasyidkan semua, “Jadilah ia bagi kami hal yang membawa sesat selamanya.”

Tibalah hari itu, ketika Jabir ibn ‘Abdillah pulang dengan air mata menggenangi pelupuk dan dada sesak. “Wahai istriku”, panggilnya, “Demi Allah, apakah yang masih engkau miliki? Demi Allah, aku tak
tega melihat rasa lapar yang menyiksa Rasulullah. Andai selain beliau, pasti sudah tak sanggup menahannya!” “Hanya ada seekor anak kambing”, jawab sang istri gugup, “Dan segenggam tepung
kasar di persediaan kita”.

“Keluarkanlah semua. Aku akan
menyembelih dan menguliti anak kambing itu. Kau adonilah tepungnya menjadi roti.”

Ketika akhirnya masakan itu siap, Jabir pun mendatangi Sang Nabi dengan mengendap-endap.
“Ya Rasulallah”, bisiknya kemudian,
“Ada sekedar roti dan sedikit daging di rumah kami. Berkenanlah untuk sejenak datang dan menyantapnya.”

Beliau tersenyum dan mengangguk.
Dipanggillah seseorang dan diperintahkan untuk mengumumkan kepada semua penggali parit, “Semuanya, datanglah ke rumah Jabir untuk makan bersama!”

Betapa gugupnya Jabir melihat itu. “Aduhai celaka”, batinnya panik, “Aku hanya meminta beliau untuk bersantap tapi beliau mengajak seluruh Muhajirin dan Anshar!”

Tapi Rasulullah tersenyum padanya,
menepuk bahunya, dan menggamit
lengannya. Tak bisa tidak Jabir hanya bergumam, “Demikian inilah Rasulullah!”

“Jangan kalian buka penutup wadahnya”, ujar Sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Beliau juga meminta kedua suami istri yang saling berpandangan dengan khawatir itu untuk sejenak menyingkir. Kemudian beliaupun berdoa dan memohon berkah atas hidangan itu. “Masuklah rombongan
berrombongan dan jangan berdesakan”, perintah beliau kepada seluruh hadirin.

Kelompok demi kelompok mereka masuk, sedangkan Nabi mengambilkan roti dan menuangkan masakan daging ke atasnya.

Beliau berkhidmah pada semua
sahabatnya, satu demi satu, hingga yang terakhir. Padahal penggali parit dalam Perang Ahzab, kira-kira 3000 jumlahnya.

Semuanya makan, semua merasa kenyang, dan puas. Tiba giliran Jabir dan istrinya, dan Rasulullah masih melayani mereka, baru sesudahnya beliau makan dengan penuh kesyukuran.

Beliau mengucap terimakasih pada keduanya dan mendoakan kebaikan, lalu beranjak.

“Demi Allah”, ujar Jabir, “Ketika kuperiksa wadah makanan kami, roti maupun dagingnya masih utuh seperti semula.”

Mu’jizat ini mengagumkan. Tapi apa yang dilakukan Rasulullah dengan menjaga kebersamaan dalam suka dan duka, terlebih lagi bagaimana beliau melayani para sahabat dengan tangannya sendiri adalah lebih menakjubkan.

Inilah Nabi, penghulu alam semesta. Maka beliaupun menjadi pelayan yang paling rendah hati bagi sesama.

Hatta kelak di akhirat, di perjalanan
seluruh manusia antara kebangkitan dan penghimpunan, beliau akan bersiaga di tepi sebuah telaga yang lebih harum dari kasturi. Beliau menyambut ummatnya, melayani mereka minum dari airnya yang
lembut dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih sejuk dari salju.

Tapi wajahnya mendung tiap kali beberapa manusia dihalau dari Al Kautsar. “Ya Rabbi”, serunya sendu, “Mereka bagian dariku! Mereka ummatku!”

Ada suara menjawab, “Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!” Telaga itu sebentang Ailah di Syam hingga
Shan’a di Yaman. Di sisinya ada gelas kemilau sebanyak bilangan gemintang. Dan inilah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sang pelayan yang paling menakjubkan.

sepenuh cinta,
salim a. fillah

Sabtu, 06 Juni 2015

Jendela kereta api

Hari itu, di kereta api terdapat seorang pemuda bersama ayahnya.

Pemuda itu berusia 24 tahun, sudah cukup dewasa tentu. Di dalam kereta, pemuda itu memandang
keluar jendela kereta, lalu berkata pada Ayahnya.

"Ayah lihat, pohon-pohon itu sedang berlarian"

Sepasang anak muda duduk berdekatan. Keduanya melihat pemuda 24 tahun tadi dengan kasihan. Bagaimana tidak, untuk seukuran usianya, kelakuan pemuda itu tampak begitu kekanakan.

Namun seolah tak peduli, si pemuda tadi tiba-tiba berkata lagi dengan antusiasnya,

"Ayah lihatlah, awan itu sepertinya sedang mengikut kita!"

Kedua pasangan muda itu tampak tak sabar, lalu berkata kepada sang Ayah dari pemuda itu.

"Kenapa Anda tidak membawa putra Anda itu ke seorang dokter yang bagus?"

Sang Ayah hanya tersenyum, lalu berkata.

"Sudah saya bawa, dan sebenarnya kami ini baru saja dari rumah sakit. Anak saya ini sebelumnya buta
semenjak kecil, dan ia baru mendapatkan penglihatannya hari ini"

***
Sahabat, setiap manusia di planet ini memiliki ceritanya masing-masing. Jangan langsung kita men-judge seseorang sebelum kita mengenalnya benar. Karena kebenaran boleh jadi mengejutkan kita.

Selalu berprasangka baik kepada setiap orang, karena itu yang diajarkan Nabi kita, dan itulah cara yang baik untuk hidup...
Mari perbaikidiri

Sumber : Teman

Kamis, 04 Juni 2015

Insan fakir yang terkenal di Langit

Kisah sahabat mengharukan penghuni langit.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya
lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya
menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil
disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua
dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.

Dia adalah "Uwais al-Qarni". Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagaimana tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi
diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :

"Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri".

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tidak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa.

Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu. Bilamana ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.

Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka
memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka
itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.

Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang
kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan
adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya
terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW,
sekalipun ia belum pernah melihatnya.

Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.

Akhirnya, pada suatu hari Uwais
mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi
menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar
permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : "Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang".

Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.

Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke tumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam.

Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.

Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia
cepat pulang ke Yaman, "Engkau harus lekas pulang".

Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia
akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya.

Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya.
Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit).

Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rosulullah SAW bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-
tengah telapak tangannya." Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali dan sayyidina
Umar r.a. dan bersabda :
"Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar
ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit.Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.

Diantara kafilah-kafilah itu ada yang
merasa heran, apakah gerangan sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua.

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar
r.a. dan sayyidina Ali mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka.

Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali memberi salam.
Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman.

Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW.
Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah
nama saudara ? "Abdullah", jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan
mengatakan : "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?" Uwais
kemudian berkata: "Nama saya Uwais al-Qorni".

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka.

Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: "Sayalah yang
harus meminta do’a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: "Kami datang ke
sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda". Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya
mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.

Setelah itu Khalifah Umar r.a.
berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata :
"Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang.

Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga
air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.

Pada saat itu, kami melihat seorang
laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya.
Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.

"Wahai waliyullah," Tolonglah kami !" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi," Demi Zat yang
telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!" Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata:
"Apa yang terjadi ?" "Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?"
tanya kami. "Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! "katanya.
"Kami telah melakukannya." "Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!" Kami
pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu.

Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat".

"Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami. "Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi
kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah
yang dikirim oleh orang Mesir." "Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya. "Ya," jawab kami.

Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a.

Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan.

Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya.

Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana
sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.

Demikian pula ketika orang pergi
hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga
selesai.

Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk
mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah
menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang
amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang
fakir yang tak dihiraukan orang.

Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya :
"Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ?
Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya
hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ?

Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.

Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Subhanallah...

Minggu, 31 Mei 2015

Cintanya Rasulullah

KETIKA PERUT RASULULLAH BERBUNYI

Suatu ketika Rasulullah SAW menjadi imam shalat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat, ”Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung
penderitaan yang amat berat, apakah Anda sakit?”

Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.”

Mendengar jawaban ini Sahabat Umar melanjutkan pertanyaannya, ”Lalu mengapa setiap kali Anda
menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi
bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…”

Melihat kecemasan di wajah para
sahabatnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya.

Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil
itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.

Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila Anda
menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?”

Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. Tetapi apakah yang akan aku jawab di
hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya?”

Para sahabat hanya tertegun.

Rasulullah melanjutkan,
”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

Aamiin ya Rabbal'alamiin Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa alihi washahbihi wasallim

Rabu, 20 Mei 2015

Kisah Khalifah Umar (R.A) Dan gadis penjual susu

Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian.

Sepanjang malam ia memeriksa
keadaan rakyatnya langsung dari dekat.

Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala.
Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.

Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya.

Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.

"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini," kata anak perempuan itu.

"Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit."

"Benar anakku," kata ibunya.

"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak," harap anaknya.

"Hmmm....., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,"
kata ibunya.

Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.

"Nak," bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah."

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih
menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.

"Tidak, bu!" katanya cepat.
"Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air."

Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak
melakukan sesuatu," gerutu ibunya kesal.

"Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?"

"Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita," kata ibunya tetap memaksa.

"Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!"

"Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya, "tegas anak itu.

Ibunya hanya menarik nafas panjang. Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.

"Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu
mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat," kata anak itu.

Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan
pekerjaannya hingga beres.

Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.

" Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam
khalifah Umar.

Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu.Kemudian
ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.

Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.

"Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya, " kata khalifah Umar.

"Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat."

Ashim bin Umar menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu.

Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah.

Mereka mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan.

"Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami....," sahut ibu tua ketakutan.

Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.

"Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?" tanya seorang ibu dengan perasaan ragu.

"Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang
meninggikan derajad seseorang disisi Allah," kata Ashim sambil tersenyum.

"Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur," kata Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya.

Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum
pernah mengenal mereka.

"Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku
mendengar pembicaraan kalian...," jelas khalifah Umar.

Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.

Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih
sayang.

Bebrapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak akan menjadi orang besar dan
memimpin bangsa Arab.

Rabu, 08 April 2015

Sesobek koran berharga

Siang itu Ussof di ajak ngopi oleh Zoro  "Sof ayo ngopi". Melihat ada waktu yang cukup luang ussof pun meng "ayo"kannya sambil menutup hpnya yang sedari tadi Ussof pandangi untuk membaca-mbaca sambil nyantai di pekarangan rumah.

Sesampainya di warung kopi, (red. Warkop bu Nami) Zoro memesan wedang, dan Ussof langsung duduk di mbayang.

Pandangan Ussof tertuju pada sobekan kertas koran yang kira-kira ukurannya sekertas folio bergaris. Berhubung ussof adalah pemuda yang selalu ingin mencari pengetahuan, maka di ambillah sesobekan koran tadi, "mudah-mudahan manfaat" gumam dalam hatinya sambil mulai membaca.

"Benar saja", Ussop makin serius membacanya, ada penjelasan dan pengetahuan yang penting di dalamnya... Yah, tentang "Melestarikan lingkungan",

"Kerangka dasar dalam kaitannya melestarikan lingkungan, Nabi juga mengajarkan berbagai langkah dan gaya hidup konkrit (green lifestyle). Misalnya tentang membudidayakan penghijauan. Nabi SAW bersabda

"Barang siapa menanam pepohonan dan menjaganya dg sabar serta merawatnya hingga berbuah, maka segala sesuatu yang menimpa terhadap buah-buahnya akan dianggap shadaqah di jalan Allah".

Nabi Muhammad SAW juga sangat memperhatikan kebersihan. Beliau setiap hari bersiwak untuk membersihkan mulut dan gigi. Juga keramas setiap Jum'at untuk membersihkan rambut.

Suatu hari Sahabat Abu Dzar bertanya pada Rasulullah "wahai Nabi Allah, sesungguhnya saya tidak mengetahui diri saya apakah tetap hidup ataukah mati sepeninggalmu, maka berilah sesuatu yang bermanfaat dari Allah".

Rasul pun menjawab "kerjakan ini". seraya beliau membuang duri dari jalan. Hal ini menyiratkan ajaran dalam menjaga kebersihan dan keselamatan pengguna jalan.

Rasulullah juga peduli keanekaragaman hayati. Beliau pernah melarang menyembelih kuda. Ketika itu populasi kuda mulai terbatas, reproduksinya tak bagus, sedangkan kebutuhannya sbg alat transportasi cukup tinggi.

Dalam kasus lain beliau pernah bersabda. "barang siapa yang membunuh seekor burung dengan sia-sia, maka pada hari kiamat nanti burung itu akan mengadu ke hadapan Allah dan berkat "wahai tuhanku, fulan telah membunuhku hanya untuk main-main". *** bersambung...

Subhanallah, Astagfirullahhaladim, Ussop teringat pernah menembak burung juga memancing ikan, lalu menyia-nyiakannya. Sejak mengetahui jelas dari "sesobek" yang di bacanya itu, Ussop menyesal dan tidak melakukannya lagi. Ussop brdoa agar ingat akan perbuatan berdosa itu.

Belum selesai membaca, Ussop melipat dan menyimpannya untuk di baca di rumah, dan zoro yang sedari tadi berbincang dengan kawan yang lain mengajak pulang karena waktu sudah mendekati Adan Asyar

***

Pengetahuan ada "di mana-mana" selagi ingintahu.

Sangat banyak poin penting dari membaca, bahkan sangat penting.

Semoga Allah selalu memberi Semangat, Rahmat, untuk yang mau membaca, mau lebih dapat pengetahuan, lebih ingin memperbaiki diri, dan lebih ingin dapat yang bermanfaat juga manfaat. Amiin

Senin, 06 April 2015

Show the beauty of Islam

Islam is beauty...

Show the beauty of Islam... timeline nya isinya sejuk. ga ada maki2 orang. yg ada, doa buat orang lain.
trmsk yg dia anggap slh&keliru.

Show the beauty of Islam... kalo kentut, minta maaflah. jgn malah nunjuk2 orang, "Elo kentut ya?
Siapa nih yg kentut? Duh..." hehehe.

Show the beauty of Islam... di jalanan jgn ampe ngeludah sembarangan. apalagi di kereta, di busway. jgn jg lwt jendela. telen aja dulu.

Show the beauty of Islam... ama ustadznya, kudu bae, hehehe. jgn suka ngomongin di belakang. ga
suka, ngomong lsg. betulin. ksh tau.

Show the beauty of Islam... jika ada kwn yg slh jln, trsesat, tunjukin. jgn malah diomongin. ga sanggup ngasih tau, doain.

Show the beauty of Islam... ada gereja di lingkunganmu, ada wihara, sinagog, bersihin selalu sampah2 di sekitarnya. why? sbb qt muslim.

Show the beauty of Islam... ama guru jgn ngelunjak. hormati guru. sayangi guru. panggil dg sopan. cium tangannya. ucapkan salam. minta doa

Khoirunnaas, anfa'uhum linnaas. sebaik2 manusia, yg paling banyak manfaatnya buat manusia yg lain

Show the beuaty of Islam... Nabi ngajarin qt baik sama siapa aja. bahkan sama musuh, alam, binatang...

Show the beauty of Islam... milikilah berjuta2 senyum, &perkataan2 manis lg baik, buat dibagi kpd buanyak orang.

Show the beuaty of Islam... kalo msk gedung, yg hrs dorong/buka pintu duluan, maka msk lah
belakangan. dahulukan orang lain

Show the beauty of Islam... ayah ibu kudu senang ama qt. suami/istri kudu senang ama qt. tetangga, kwn2, jgn ampe ga senang dg qt.

if there is no beauty... it's not about Islam. but it's about us. we didn't show good akhlak. orang liatnya,
liat kita. Islamnya dah yg jlek

Sshow the beauty of Islam... rapihin rambutnya. jgn acak2an. apalagi mulut monyong trs. bawaannya
nyolot trs ama orang. show Islam's beauty.

Show the beauty of Islam... perhatiin pakaiannya. ga usah kudu bagus. yg penting mahal, hehehe. yg penting, bersih, rapih.

Show the beauty of Islam, kalo jln kaki, jgn ngeduluin yg tua. jgn suka tereak2. jgn suka maki2. banyakin
sabar. banyakin istighfar.

Show the beauty of Islam... jgn ngegibah. jelek banget. atinya, pikirannya, perasaannya, positif trs.

Show the beauty of Islam... ketemu siapa aja pasang muka ramah. sungguhpun duit lg banyak, hati sdg
senang, usahakan ttp senyum, hehehe.

Show the beauty of Islam, kemana2 nenteng buku2 yg manfaat. aktifitasnya manfaat. mulutnya,
keteknya, ga bau.

Show the beauty of Islam... idup bersih, ga nyampah, bahkan suka bebersih. sebar salam, ksh manfaat,
bnyk senyum, pake wewangian.

Show the beauty of Islam... Hehehe. dah dipanggil istri. disuruh sarapan. ya udah, udahan dulu. I'm her
husband. & I'm muslim. kudu nurut.

Twitt Ustz @Yusuf_Mansur

Selasa, 31 Maret 2015

Kuliah Online

Modul Kuliah Kuliah Dasar Wisatahati / KDW-01
Materi Modul Kuliah Tauhid
Judul Materi Allah Sebagai Pusat
Seri Materi KDW0103 Seri 03 dari 41 seri/esai
File Paper Ada Tidak
File Audio Ada Tidak
File Video Ada Tidak
Penugasan Ada Tidak
Referensi –

Allah Sebagai Pusat.

Orang-orang yang mengenal Allah dan meyakini-Nya,
insya Allah akan tenang hidupnya, jauh dari kekhawatiran, jauh dari kegelisahan.

Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia TIDAK SENDIRIAN dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. ALLAH SELALU MENEMANINYA. Ini yang ia yakini.

Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup.
Ya, bener loh. Hampir saban shalat.
Saya banyak belajar dari Bu Yuyun ini. Ketika banyak orang gelisah, ia hidup tenang. Sebab ada Allah di
hatinya, ada Allah di pikirannya.

Ketika banyak orang ketakutan dan risau dengan dunianya, ia tenang-
tenang saja. Persis seperti meja, yang begitu tenang sebab memiliki empat kaki yang kuat yang menopang keberadaannya.

Hidupnya begitu santai. Dan ini yang menjadikannya lebih kaya ketimbang orang yang kaya tapi hidup selalu penuh dengan kekurangan.

Sebagai ikhtiar dunianya, ia membuka jahitan rumahan. Ia bertutur, selalu ada saja pelanggan di saat yang tepat ia membutuhkan rizki. Sudah diatur Allah, begitu katanya.

Sejauh ini, aman-aman saja.
Sampe kemudian anaknya ini pergi hari itu untuk melihat kelulusannya; masuk atau tidak ia ke perguruan tinggi yang ia idam-idamkan.
Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak
lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya.

Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang.

Ia kenal dengan Allah, bahwa Allah selama ini senantiasa mencukupkan rizki buat dirinya dan anaknya.

Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu bahwa ia sedang membesarkan anaknya. Dan Allah pun tahu bahwa
hari ini akan ada khabar tentang nasib anaknya.

Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin,
Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah. Sekali lagi, ini yang membuatnya tenang.

Dan memang Allah Maha Mengatur. Sehari setelah anaknya dinyatakan lulus, Allah kirimkan paman anaknya ini, alias adik almarhum suaminya.

Hari itu, beliau berkunjung silaturahim. Dan Allah alirkan rizki
untuk anaknya, lewat pamannya ini. Bukan hanya untuk uang masuk kuliahnya saja, tapi juga untuk
biaya kuliah secara keseluruhan.

Semoga saya bisa belajar lebih banyak lagi dari Bu Yuyun ini.

I’m coming ya Allah. Saya datang kepada-Mu ya Allah.
Semestinya, dengan banyaknya masalah dan hajat saya, saya lebih bersemangat lagi dan tanpa lelah
mendatangi-Mu dan memohon pada-Mu.

Bolehlah dibilang bahwa hidup ini harus punya keyakinan terhadap Yang Kuasa. Tanpa ini, akan lemah sekali kita menjalani hidup ini. Dan untuk memiliki keyakinan, buka diri buka hati untuk menerima ilmu dan pengajaran tentang keyakinan.

Kita sama-sama meminta kepada Allah agar Allah betul-betul membukakan mata hati kita bukan saja untuk mengenal-Nya, tapi juga untuk meyakini-Nya; yakin akan Kebesaran-Nya, yakin akan Kekuasaan-Nya.

Kita butuh Allah. Dan senantiasa akan selalu butuh Allah.
Maka bertuhanlah Allah. Sebener¬benernya pertuhanan. Supaya Allah betul-betul menjaga kita, menolong kita, dan menyediakan apa-apa yang kita
perlukan yang kita butuhkan.

Jangan sampai kita hidup seperti tidak punya Allah.
Allah Maha Memberi Rizki, tapi hidup kita susah.
Allah Maha Menolong,
tapi setiap ada hajat dan masalah, selalu merasa mentok.
Kalo bahasa saya mah, Allah dianggurin. Alias “dibikin nganggur’, sebab jarang kita deketin, jarang kita mintakan bantuan-Nya.
Insya Allah doa bi doa.

Saya mendoakan Anda semua,
dan Anda juga doakan saya. Supaya Allah betul-betul hadir di kehidupan kita dan berkenan hadir di kehidupan kita.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan):

“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Kami-lah Pelindungmu di dunia dan di akhirat; Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(Qs. Fushshilaat: 31-32).
***

Ada baiknya peserta KuliahOnline mempelajari sedikit kisah Bu Yuyun ini, pelan-pelan. Betul-betul diresapi.

Kenapa ada orang yang begitu dimudahkan urusannya sama Allah, dan mengapa ada yang sepertinya diblok, dipersulit oleh Allah. Saya meminta Saudara-saudara semua bersabar, mempelajari Kuliah Tauhid ini mahlan mahlan, pelan-pelan.

Sebab setelah Kuliah Tauhid ini
Saudara akan ngebut belajar tentang sesuatu yang membuat Saudara¬saudara semua ada percepatan di semua urusan.
Termasuk di urusan mengubah hidup, memperbaiki hidup, dan di urusan pencarian solusi buat
permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi.

“Ilmu instan” ini akan bahaya di kedepan harinya, manakala Saudara-saudara tidak punya basic tauhid yang bagus.

Saya tidak terlalu perduli omongan kawan¬kawan pengelola Kuliah Tauhid yang mengatakan, ada
baiknya memberi banyak pelajaran buat kawan-kawan peserta KuliahOnline agar banyak yang didapat. Saya tidak perduli. Saya bahkan ketika belajar, dapat jauh
lebih sedikit ketimbang ini.

Pernah satu ketika saya datang ke seorang ulama. Saya mengadu tentang masalah saya kepadanya.
Meminta nasihat darinya. Saya datang dari jam 20 malam. Sampe jam 00 saya belum juga dipanggilnya.

Boro-boro diajak bicara. Disuruh mendekat pun tidak. Di awal sih saya diajak bicara. Tapi bicaranya ketus sekali, “Koq datang lagi?!!!”. Saya jawab, “Ya, sebab masalahnya beluman selesai”.
“Ya sudah, tunggu sana”, katanya, sambil menunjuk satu sudut teras majelisnya.

Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, saya kemudian menunggu dengan sabarnya. Tapi ga urung saya gatel juga untuk tidak bertanya. Saya bertanya,
“Kyai, sudah jam 12 (malam), kapan saya dikasih kesempatan bicara?”.

Waktu itu saya lihat tamunya tinggal sedikit. Saya berharap saya bisa nyelang walo sebentar.

Ternyata saya salah. “Yang nyuruh situ dateng siapa?”
“Ga ada. Saya sendiri”.
“Ya sudah, tunggu saja!”.
Wah, andai tidak ada husnudzdzan, baik sangka, niscaya saya sudah kesal bukan kepalang. Saya tentu
akan mengatakan kepada Kyai ini, tidak menghargai tamu. Tapi ya itu. Saya menerima apa kata guru, dan
saya memilih menerima perlakuan guru.

Kira-kira jam 01-an, mendekati jam 02 pagi, saya baru dipanggilnya.
Beliau lalu bertanya, “Tahu IBM ga?”
Sungguh pun saya tahu, tapi saya bingung. “Apa urusannya dengan masalah saya tuh IBM?”, tanya
saya. Tentu saja dalam hati. Saya ga berani bertanya langsung.

Akhirnya saya jawab singkat saja, “Tahu, Kyai”.
“Nah, IBM itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih VPN buat elu
yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah.

Insya Allah hutang elu yang segede gunung, kempes dah!”.

Kejadian dialog ini terjadi sekitar tahun 2003. Kyai Betawi ini memang kerja di Perusahaan Asing.
Perusahaan Perancis.
Sumpah. Saat itu saya merasa Kyai saya akan memberi saya sesuatu yang gimanaaa gitu. Sesuatu yang BESAR yang bakal instan membuat saya selesai masalah saya. Sim Salabim. Begitu saya pikir. Ternyata saya tidak sepenuhnya benar. Malah, sempat berkernyit dan tertawa kecil.

Kyai tersebut masuk ke dalam rumahnya, dan sejurus kemudian keluar lagi membawa DUA PENTOL KOREK API. Dua korek api itu dilempar ke arah saya. “Nih pake nih…”, katanya. Ngasihnya bener-bener dilempar.
Sebab beliau ngasih sambil berdiri. Sedang saya duduk di bawahnya. “Itu korek api, VPN buat elu.
Pake tuh yang bener. Udah gih dah, pulang!”.

Saya pulang akhirnya. Kurang lebih 6 jam saya menunggu, hasilnya 2 korek api saja!

Menggerutu ga saya? Ntar dulu. Saya berpikir bahwa saya barangkali belajarnya kudu sedikit demi sedikit. Tapi apa ya maksudnya?

Pelan-pelan saya pikirkan. Hingga akhirnya saya mengaitkan dengan kalimatnya tadi:
“Nah, IBM itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih VPN buat elu yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah. Insya Allah hutang elu yang segede gunung, kempes dah!”.

Saya akhirnya mampu mengkorelasikan 2 korek api yang nyaris tanpa kata-kata itu dengan kalimat singkat Kyai. Rupanya saya disuruh bangun malam. Jangan banyakin tidur.

Bagaimana-bagaimananya dengan 2 korek api ini, saya bahas di Kuliah Pilihan tersendiri yang judulnya:
Rahasia Angka 11. Silahkan dah nanti login di sana, setelah KuliahOnline 41 esai ini selesai.

Satu hal yang mau saya kata, adalah sabar. Belajar itu harus sabar. Kita sama berdoa kepada Allah, agar Allah betul-betul berkenan memberi kita ilmu yang
bermanfaat dunia dan akhirat.

Sesuatu yang sedikit yang diberi-Nya manfaat dan ada ridha-Nya, niscaya menjadi sesuatu yang betul-betul berpengaruh positif bagi hidup kita. Wallaahu a’lam.

Ok, sampe ketemu dengan materi besok. Besok saya akan tambahin dengan pelajaran di balik Kisah Bu
Yuyun, termasuk kenapa koq sepertinya bisa “satu malam”?

Saya mohon maaf atas semua kesalahan saya dalam memberikan pengajaran. Mudah¬mudahan Saudara-saudara memaklumi cara saya mengajar ini. Sekali lagi saya berdoa mudah-mudahan segala biaya, waktu, energi Saudara dalam mengklik website ini menjadi amal ibadah dan dihitung sedekah Saudara.

Sampaikan ilmu ini kepada sebanyak-banyaknya orang. Tapi sarankan kepada mereka semua, agar mengikuti saja KuliahOnline ini secara langsung, mandiri, agar ada keberkahan lebih banyak buat semua yang terlibat.

Insya Allah tanggal 30 sore saya mengagendakan ketemuan darat (kopi darat), sekaligus syukuran
KuliahOnline ini. Insya Allah akan diberitahukan lebih lanjut oleh Web Admin dari KuliahOnline ini.

Salam dan doa saya untuk Saudara-saudara semua. Mohon doanya ya. Waktu saya susun dan edit esai kuliah ini, saya sudah mau jalan ke rumah sakit. Bayi saya masih dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita. Mudah—mudahan Saudara-saudara tergerak memberikan doa
buat kami semua. Terima kasih ya.

Jumat, 27 Maret 2015

Aku bukan anak bodoh.

Aku bukan anak bodoh.

Tiada piala di rumahku,
Di raport pun sering kupandangi malu, nilaiku lumayan jauh hehe... Tapi tidak... aku bukan anak bodoh.
Aku mencoba tapi nilaiku masih rendah.
Ini aku, Aku bangga menjadi diriku.

Guru matematikaku kesal, katanya aku nakal, rumus-rumus aku tak kenal...

Di depan kelas aku di beri tugas, ahh memalukan, aku tak bisa...
Apa benar aku bodoh? Hmm masabodoh.

Beberapa pelanggaran muncul dengan sangsinya, hukumanlah... hahaha aku tertawa... berlari mengitari lapangan membuatku sehat, kudapati ini karna jam masuk kelas terlambat.

Ku terima segala hukuman, karna kudapati diriku butuh pelatihan, seperti tentara lebih baik... hehe tak banyak yang tau, fikirku lebih pilih prajurit daripada mentri. Tak banyak teori tapi suka di nasehati, gagah dan berani...

Aku muak dengan para pencari alasan, mengapa tak akui saja kesalahan. Hormat, pada aturan kebaikan, fikirku lebih menawan...

Aku pernah di juluki virus, ahh tak masalah. tapi kufikir memang  diriku bermasalah. ciaahhaha... tapi tenang, dalam fikir selalu ada keyakinan untuk berbenah.

Yah, mungkin aku tak terlalu jenius. Hanya sedikit serius, namun selalu kubawa jiwa Religius...

yah, aku suka pelajaran Agama. Ketenangan, ku rasakan di sana. Bukan hanya banyak motivasi dalamnya, namun tujuan perjalanan jelas ter terang disana.

Ku bawa diriku hanya patuh pada yang Maha Esa. Kurasa mungkin aku jatuh cinta, namun cinta ini belumlah sempurna...

Kudapati perjuanganku masih kecil. Aku bukan anak bodoh... ku bawa semangatku terus belajar... menuntut ilmu tiada gentar...

Ayah, ibu, maafkan jika aku pernah kasar... juga para guru maafkan sikapku yang terkesan kurang ajar... aku ingin terus belajar... ku temui diriku. Dulu memang salah. Terlanjur salah. Dan aku ingin berbenah... meski kudapati masih ada salah... percayalah, aku berusaha.

Aku bukan anak bodoh.

Banyak yang butuh motivasi. Namun kadang yang di dapat jadi sasaran emosi. Faktor kenakalan barangkali... Bingung jadinya hehe...

Aku bukan anak bodoh... aku tercipta untuk mencari dan berbakti...

Kembali aku tenang.

Kamis, 26 Maret 2015


Cinta Abadi

Apalah artinya cinta bila tak berujung pada kemuliaan...
Apalah artinya rasa bila indahnya menyesatkan...

Hati-hati, karna hatilah yang menyuarakan...
Jaga hati, bening atau keruhnya memperlihatkan...

Pejuang cinta hakiki ialah Rasulullah, pembawa risalah indah sejati Agama Allah...
ialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kasih tak pilih Kasih...
Sayangnya pun tak terbilang...

Pejuang sesat ialah iblis terlaknat sebala setan. tak henti mengajak kemungkaran. menyuarakan kedhaliman. Membujuk kearah seburuk-buruk jalan...

Hamba adalah insan, manusia yang lemah jika tanpa pertolongan dari yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ya Allah Rabb sekalian alam, lindungi kami, lindungilah hati kami dari bisikan-bisikan jahat yang melenakan lagi menyesatkan... tak kuasa kami tanpamu... Jadikanlah kami hamba yang cintanya bermuara padamu, yang cinta kasihnya bertauladan dari Nabi Muhammad utusan terindahmu...
Sehingga kami mendapat ketenangan dalam ridhamu...

Karna kami tau Cinta sejati adalah cinta yang sempurna abadi, ialah  cinta yang bermuara pada Dua kalimah Syahadah...

Jumat, 20 Maret 2015

Cabang Iman

79 Cabang Iman

Sampai saat ini masih banyak umat Islam yang beriman baru sampai pada tahap pengenalan. (Termasuk saya sendiri). Sebatas percaya pada Rukun Iman yang enam. Hanya mengikrarkan dengan lisan dan meyakini dalam hati, tanpa disertai pengamalan.

Padahal iman yang mutlak adalah meliputi ikrar secara lisan, keyakinan dalam hati, dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

Sudah barang tentu iman yang dimikian itu menuntut konsekuensi, peripangan, dan pengorbanan.

Jelaslah bahwa tebal-tipisnya kadar iman seseorang bisa dilihat dari sepak terjangnya dalam kehidupan sehari-hari. Yakni sejauh mana orang tersebut mematuhi segenap perintah Allah SWT. Dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Sepak terjang seseorang yang
mencerminkan kesempurnaan imannya adalah apabila ia mampu mempraktekkan seluruh cabang iman dalam kehidupannya sehari-hari. (Maka mari kita terus belajar disertai beramal)

Berapakah jumlah cabang iman seluruhnya? Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda:
"Iman memiliki 60 atau 70 cabang lebih. Cabangnya yang paling tinggi
adalah ucapan Laa ilaaha illallaah (Tiada tuhan selain Allah), sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan yang terdapat di jalan. Sifat malu itu juga bagian dari cabang iman." (H.R. Bukhori dan Muslim).

79 cabang iman tersebut, selengkapnya adalah;

1. beriman kepada Allah SWT.

2. beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya.

3. beriman kepada Kitab-kitab-Nya

4. beriman kepada Rosul-rosul-Nya

5. beriman adanya Hari Kemudian

6. beriman adanya takdir yang di gariskan-Nya

7. beriman adanya Hari Kebangkitan. "Wahai manusia, jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur angsur) kamu sampai pada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang Kami wafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai umur sangat tua (pikun) sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) diatasnya,
hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah." (QS. 22/Al-Hajj: 5)

8. beriman adanya hari dikumpulkan manusia di Padang Mahsyar setelah dibangkitkan dari kubur.
"Tidaklah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan semesta alam."
(QS. 83/ Al-Muthoffifin: 4-6).

9. beriman bahwa tempat kembalinya orang-orang yang
beriman adalah surga, dan tempat kembalinya orang-orang kafir adalah neraka. "Dan orang-orang yang
beriman serta mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya." (QS. 2/Al-Baqoroh: 82).

Sungguh orang-orang yang kafir dari
golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk." (QS. 98/Al- Bayyinah: 6).

10. beriman bahwa mencintai Allah SWT itu wajib. "Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah."
(QS. 2/ Al-Baqoroh:165)

11. beriman bahwa takut kepada Allah SWT itu wajib.
"Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku."
(QS. 5/Al-Maidah: 44).

12. beriman bahwa mengharap rahmat Allah itu wajib.
"Mereka mengharapkan rahmat-Nya, dan takut akan azab-Nya. Sungguh azab Tuhanmu itu sesuatu yang
harus ditakuti."
(QS. 17/Al-Isro': 57)

13. beriman bahwa kita wajib bertawakkal kepada Allah setelah berusaha.
"Karena itu, hendaklah kepada Allah
saja orang-orang mukmin bertawakkal."
(QS. 3/Ali Imron:122).

14. beriman bahwa mencintai Nabi Muhammad itu wajib.
"Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sebelum dia mencintai aku lebih dari mencintai anak-anaknya dan semua manusia."
(HR. Bukhori dan Muslim).

15. beriman bahwa kita wajib mengagungkan dan menghormati Nabi Muhammad saw.
"Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. 7/Al-'Arof: 157).

16. setia terhadap agama yang dianutnya.
Orang yang demikian jika disuruh memilih antara mati dan menjadi
kafir, akan memilih yang pertama. Anas bin Malik ra. menceritakan, pernah ada seorang lelaki meminta
kambing kepada Nabi saw. sebanyak di antara dua lembah. Lalu Nabi memberinya. Setelah itu orang tersebut kembali kepada kaumnya, dan berkata:
"Islamlah kalian semuanya. Sungguh, Muhammad telah
memberikan sesuatu yang banyak sekali kepadaku tanpa takut menjadi miskin." Anas berkata: "Jika seseorang masuk Islam hanya karena menginginkan dunia, maka itu bukan Islam namanya. Islam harus lebih dicintai daripada dunia dengan segala isinya."
(HR. Muslim).

17. mencari ilmu.
"Dan Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Sungguh karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu amat besar." (QS. 4/An-Nisa': 113).

18. menyebarkan ilmu pengetahuan. "Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak tinggal untuk memperdalam ilmu agama, dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya."
(QS. 9/At-Taubah: 122).
Maksudnya dengan ilmu yang diajarkan itu ketakwaan dan kehidupan kaum muslimin tetap terpelihara.

19. memuliakan Al-Qur'an.
"Dan sesungguhnya Al-Qur'an
itu dalam ummul Kitab (lauh Mahfuz) di sisi Kami, benar-benar bernilai tinggi dan penuh hikmah" (QS. 43/Az-Zukhruf: 4).

20. bersuci (wudhu, mandi atau tayammum). Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Allah tidak menerima sholat (seseorang) tanpa bersuci, dan tidak menerima sedekah dari hasil kejahatan, yakni hasil mencuri, pungli, korupsi, dan sebagainya." (HR. Muslim)

21. mendirikan sholat.
"Sungguh sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(QS. 4/AnNisa': 103).

22. mengeluarkan zakat.
"Jangan sekali-kali orang-orang
yang kikir dengan yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa (kikir) itu lebih baik bagi mereka. Padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa
(harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat."
(QS. 3/Ali Imron: 180)

23. berpuasa Romadhon.
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS. 2/Al-Baqoroh:183).

24. ber'itikaf (berdiam diri di masjid berniat ibadah) walau sejenak. 'Aisyah ra. menuturkan,
"Rosulullah saw. biasa ber'itikaf sepuluh (ma'am) yang terakhir bulan
Romadhon sampai beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau ber'itikaf juga sepeninggal beliau.
(HR. Bukhori dan Muslim).

25. menunaikan haji.
"Dan (di antara) kewajiban manusia
terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
seluruh alam."
(QS. 3/Ali Imron: 97).

26. berjuang/berjihad di jalan Allah. "Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya."
(QS. 22/Al-Hajj: 78).

27. siap berjuang di jalan Allah. "Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan teguhkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."
(QS. 3/Ali Imron: 200).

28. pantang mundur menghadapi musuh dalam pertempuran.
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah,
dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berdzikir dan berdoa) agar kamu beruntung."
(QS. 8/Al-Anfal: 45).

29. membagi harta rampasan perang kepada yang berhak.
"Tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barang siapa berkhianat (korupsi), niscaya pada hari kiamat dia akan datang
membawa apa yang di khianatkannya itu"
(QS. 3/Ali Imron: 161).

30. memerdekakan budak karena Allah. Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa memerdekakan
hamba sahaya, maka Allah akan melepaskan semua anggota badannya dari api neraka. Sama halnya dengan semua anggota badan budak itu lepas dari belenggu
perbudakan hingga kemaluannya." (HR. Bukhori).

31. membayar denda adalah bagian dari iman.

32. menepati janji.
"Wahai orang-orang yang beriman,
penuhilah janji-janji."
(QS. 5/Al Maidah: 1).
Yang dimaksud janji dalam ayat itu adalah janji setia seorang hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan sesamanya.

33. menghitung nikmat karunia Allah sambil mensyukurinya.
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu,
hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."
(QS.93/Adh-Dhuha: 11).

34. memelihara lidah dari ucapan yang sia-sia.
"Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sebab pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawaban."
(QS. 17/Al- Isro': 36).

35. menyampaikan amanah kepada yang berhak.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul, juga janganlah mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
(QS. 8/Al-Anfal: 27).
Yang dimaksud amanat di sini adalah ketentuan-ketentuan Allah yang harus ditaati.

36. tidak melakukan kejahatan dan tidak membunuh orang.
Sabda Nabi Muhammad Rosulullah saw. "Seorang muslim selalu dalam kelapangan agamanya, selama tidak terlibat dalam perkara hukum pertumpahan darah yang haram." (HR. Bukhori dan Muslim).

37. tidak melakukan zina dan menjaga kehormatan.
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sungguh (zina) itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."
(QS. 17/Al-Isro': 32).

38. memelihara diri dari harta yang diperoleh dengan jalan haram.
"Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. 2/ Al-Baqoroh: 188).

39. memelihara diri dari makanan dan minuman yang di haramkan. "Wahai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu, agar kamu beruntung."
(QS. 5/ Al-Maidah: 90).

40. tidak memakai segala sesuatu yang diharamkan. Antara lain pakaian sutera dan bejana emas. Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Janganlah kamu
memakai kain sutera, janganlah minum di bejana perak dan emas, dan janganlah kamu makan di piring emas. Karena perak dan emas itu untuk orang-orang kafir di dunia, tapi untuk kamu di akhirat nanti."
(HR. Bukhori).

41. menjauhi permainan dan hiburan yang bertentangan dengan ajaran Islam, sebab permainan dan hiburan
semacam itu hukumnya haram. Sabda Nabi Muhammad
Rosulullah saw. "Barangsiapa bermain dadu, maka dia seolah-olah mencelupkan tangannya ke dalam daging babi dan darahnya."
(HR. Muslim).

42. sederhana dalam membelanjakan harta, dan
mengharamkan memakan harta dengan batil.
"Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih)
orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka
tidak berlebihan, dan tidak (juga) kikir, (melainkan) di antara keduanya secara wajar."
(QS. 25/Al-Furgon: 67).
Maksudnya kehidupan seorang muslim itu tidak ada yang mubadzir dan tidak pelit.

43. meninggalkan sifat dengki dan sejenisnya.
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah
gelap-gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul
(talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki." (QS. 113/ Al-Falaq: 1-5).

44. tidak menodai kehormatan orang lain dan menjauhi perbuatan menggunjing.
"Dan orang-orang yang menyakiti orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka lakukan, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (QS. 33/ Al Ahzab: 58).

45. beramal dengan ikhlas.
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama."
(QS. 98/ Al-Bayyinah: 5).

46. gembira berbuat baik dan sedih berbuat jahat.
Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barangsiapa gembira karena amal kebaikannya, dan sedih karena amal kejelekannya, maka dia orang yang beriman."
(H.R. Abu Dawud, Thobroni Nasai, dan Ahmad).

47. apabila menyadari melakukan dosa segera bertobat.
"Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu
beruntung."
(QS. 24/An Nur: 31).

48. mengadakan kurban (termasuk juga aqiqah).
"Sungguh Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri
kepada Allah)."
(QS. 108/ Al-Kautsar 1-2).

49. taat kepada pemerintah.
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rosul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan pemerintahan) di antara kamu."
(QS. 4/An-Nisa': 59).

50. memegang teguh pendapat jama'ah - menurut sebagian ulama, jama'ah ialah mereka yang di atas
kebenaran, walau ia seorang diri.

51. mengadili orang lain dengan adil.
"Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil."
(QS. 4/ An-Nisa': 58).

52. menyeru kepada kebajikan (amar ma'ruf) dan mencegah kemungkaran.
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung"
(QS. 3/ Ali Imron: 104).
Ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan mungkar adalah perbuatan yang dapat menjauhkan diri dari Allah.

53. tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa.
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."
(QS. 5/Al-Maidah: 2).

54. memelihara sifat malu.
Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya malu itu hanya membawa kepada kebaikan." (HR. Bukhori dan Muslim).

55. berbakti kepada ibu-bapak.
"... dan berbuat baiklah kepada kedua orang-tua (ibu-bapak)."
(QS. 2/Al-Baqoroh:83).

56. bersilaturrahmi untuk memelihara hubungan baik dengan sanak saudara.
"Apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk oleh Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya), dan dibutakan penglihatannya."
(QS.47/ Muhammad: 22-23).

57. berbudi luhur, menahan amarah, dan rendah hati dalam pergaulan. "Dan bersegeralah kamu mencari
ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, ialah orang yang berinfak,
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. 3/ Ali Imron: 133-134).

58. memperlakukan pembantu dengan baik adalah bagian dari iman.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu memperekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan jauh, teman sejawat, ibnu sabil (musafir) dan hamba sahayamu."
(QS. 4/An-Nisa': 36)
Yang dimaksud dengan "tetangga yang dekat dan jauh" dalam ayat itu
ada yang mengartikan dekat tempatnya, bisa juga karena ada hubungan kekeluargaan, dan ada yang mengartikan antara yang muslim dan bukan muslim. Sedangkan ibnu sabil itu adalah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak terlantar yang tidak diketahui ibu bapaknya.

59. melaksanakan perintah majikan (selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam).

60. memenuhi hak keluarga.
"Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak mendurhakai Allah."
(QS. 66/ At-Tahrim: 6).

61. memperkokoh rasa cinta kepada sesama umat Islam.
Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla di hari kiamat nanti bertanya: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku? Akan Aku naungi mereka dengan naunganKu, pada hari tiada naungan, kecuali naungan-Ku."
(HR Muslim).

62. menjawab salam.
"Apabila kamu dihormati dengan
suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah
(penghormatan itu, yang sepadan) dengannya."
(QS. 4/An- Nisa': 86).

63. menjenguk orang sakit,
(dalilnya pada nomor 64)

64. mensholati mayat.
Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Hak seorang muslim ada lima, yaitu menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mendoakan orang bersin, mengantarkan jenazah, dan memenuhi undangan."
(HR. Muslim).

65. mendoakan orang bersin. (dalilnya ada pada hadis No. 64)

66. menjauhi orang kafir, orang yang membuat kerusakan serta bersikap keras dan tegas kepada mereka. "Wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikaplah keras
terhadap mereka."
(QS. 9/ At-Taubah: 73).

67. menghormati tetangga adalah bagian dari iman.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan jauh, teman sejawat, ibnu sabil (musafir), dan hamba sahayamu."
(QS. 4/An-Nisa': 36).

68. menyimpan aib dan dosa orang lain.
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat."
(QS. 24/An-Nur: 19).

69. memuliakan tamu adalah bagian dari iman.

70. sabar menghadapi segala musibah adalah bagian dari iman. "Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas."
(QS. 39/Az-Zumar: 10).

71. menahan diri dari mencintai dunia (zuhud) dan tidak suka berkhayal. Muhammad Rosulullah sew. bersabda, "Dua nikmat yang bisa memperdaya orang banyak yaitu kesehatan dan kesempatan." (HR. Bukhori dan Muslim).

72. cemburu dan tidak membiarkan lelaki bergaul bebas dengan wanita. "Cemburu itu adalah bagian dari iman, sedangkan pergaulan bebas antara pria dan wanita yang bukan muhrim adalah sebagian dari
kemunafikan."
(Al Hadits).

73. menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia.
Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting baginya."
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majjah).

74. dermawan.
"Dan barang siapa kikir/pelit, maka
sesungguhnya dia kikir/pelit terhadap dirinya sendiri."
(QS. 47/Muhammad: 38).

75. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih mudah. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Barangsiapa tidak menyayangi yang lebih muda dan
tidak menghormati yang lebih tua di antara kamu, maka ia bukan dari golongan Kami."
(HR. Muslim dan Abu Dawud).

76. menciptakan perdamaian antar sesama manusia.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."
(QS. 49/ Al-Hujurot: 10).

77. mencintai sesama muslim sebagaimana mencintai diri sendiri. Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri."
(HR. Bukhori dan Muslim).

78. memelihara kebersihan diri dan lingkungan.

79. menyingkirkan duri dari jalan. Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Iman memiliki 60 atau 70 cabang lebih. Cabangnya yang paling tinggi adalah ucapan LAA ILAAHA ILLALLAAH (tiada tuhan selain Allah) sedangkan cabangna yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan yang terdapat dijalan. Sifat malu itu juga bagian dari cabang iman."
(HR. Bukhori dan Muslim).

*Semoga Allah memberi kekuatan dan keistiqomahan dalam mempelajari dan mengamalkan perintah-Nya...

Rabu, 18 Maret 2015

Motivasi guru

Besarkan harapan. Jangan besarkan masalah.

Besarkan harapan. Jangan memperbesar ketakutan.

Besarkan harapan. Jangan memperbesar kekhawatiran.

Besarkan harapan. Jangan memperbesar kegelisahan.

Besarkan Allah. Jangan besarkan orang-orang, siapapun dia. Orang kaya kah, pejabat kah, orang
terkenalkah.

Besarkan Allah. Jangan besarkan otak, pikiran, dan juga ikhtiar. Lalu kita bersandar kepada otak, pikiran,
dan ikhtiar.

Buku-buku saya, dan juga KuliahTauhid di www.kuliah-online.com mengajarkan diri saya, untuk hanya melihat dan bersandar kepada Kebesaran Allah.

InsyaaAllah kepercayaan diri, keyakinan, akan membesar. Tidak
lemah, dan tidak melemah. Tidak kecil, dan tidak mengecil.

Setiap kali masalah membesar, setiap kali kesulitan membesar, selalu saya ajarkan diri saya, untuk melihat Kebesaran Allah. Apakah lebih besar masalah dan kesulitan saya? Masalah dan kesulitan kita-kita? Atau Kebesaran Allah yang lebih besar?
Selalu. Selalu Allah Yang Lebih Besar. Allahu Akbar.

Semoga buku-buku saya, semoga pula KuliahTauhid di
www.kuliah-online.com bisa membantu saya dan
kawan-kawan semua untuk besar hati, besar perasaan, dan besar pikiran. sebab meyakini Allah Yang Maha Besar.

***

Amin, motivasi dari guru, semoga selalu bertumbuh dan menguat keistiqomahan dalam hati ini untuk Ridha-Nya :)