Senin, 24 Agustus 2015

Ibu

Suatu pagi seorang anak gadis
berkata pada Ibunya :
"Ibu, ibu selalu terlihat cantik. Aku
ingin seperti ibu, beritahu aku
caranya ..."

Dengan tatapan lembut dan
senyum haru, sang Ibu
menjawab :
Anakku, "Untuk Bibir yang
menarik, ucapkanlah perkataan
yang baik"

"Untuk pipi yang lesung,
tebarkanlah senyum ikhlas
kepada siapapun"

"Untuk mata yang indah
menawan, lihatlah selalu kebaikan
orang lain"

"Untuk tubuh yang langsing,
sisihkanlah makanan untuk fakir
miskin"

"Untuk jemari tangan yang lentik
menawan, hitunglah kebajikan
yang telah diperbuatkn orang
kepadamu"

"Untuk wajah putih bercahaya,
bersihkanlah kotoran batin"

Anakku...
Janganlah sombong akan
kecantikan fisik karena itu akan
pudar oleh waktu.
Tapi Kecantikan perilaku tidak
akan pudar walau oleh kematian...

Jika kita benar, maka kita tidak
perlu marah.
Jika kita salah, maka kita wajib
minta maaf.

Janganlah terlalu mengingat masa
lalu, karena hal itu akan
membawa AIR MATA.
Jangan juga terlalu memikirkan
masa depan, karena hal itu akan
membawa KETAKUTAN.
Jalankan yang saat ini dengan
senyuman & rasa syukur karena
hal itu akan membawa keceriaan
& sukacita di hati.

Setiap ujian dalam hidup ini bisa
membuat kita PEDIH atau lebih
BAIK.

Setiap masalah yang timbul bisa
MENGUATKAN atau
MENGHANCURKAN hati kita.
Pilihan ada dï tangan kita apakah
kita akan memilih menjadi
pecundang atau pemenang.
Hal-hal yang indah tidak selalu
baik, tapi hal-hal yang baik akan
selalu indah...

Sumber ** fp_Rock legend

Rabu, 19 Agustus 2015

Jangan memaksa

Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan.

Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu
segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah
tempurungnya.

Si anak mencoba membukanya secara paksa.

“Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan mencoba mengajarimu.”

Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit.

Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak.

“Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”

Rabu, 05 Agustus 2015

Tamu yang mencerdaskan

Siang ini seperti biasa saya berada di kantor. Sedikit bercerita, saya adalah staff magang di pusat informasi dan humas Universitas Airlangga. Masih sama dengan
hari lain, tugas kami disini salah satunya adalah menerima tamu.

Tepat pukul 11 siang, pintu kantor diketuk. Saya dan staff lain mempersilakan tamu ini untuk masuk dan duduk. sebelum sempat kami selesai mempersilakan duduk, si Tamu bertanya, "Pak, Bu, ini bener kampus C Unair Mulyorejo?".

Dengan ramah kami meng-iyakan. Namun sekali lagi beliau bertanya pertanyaan serupa. Dengan heran kami kembali meng-iyakan. Namun terkejutnya kami ketika si Tamu berteriak girang, "horeee!! saya lulus!". Lalu si Tamu bercerita bahwa dia adalah siswa SLB, usianya 34 tahun namun kemampuan otaknya setara dengan anak usia 13 tahun.

Namanya Aput, dia dari Wonosari, Yogjakarta. Tujuannya kesini adalah untuk ujian. Ujian? Awalnya kami heran. Namun ternyata Aput sedang menjalankan ujian pencarian alamat. Bayangkan dengan kapasitas otaknya yang setara 13 tahun, ia menuju Surabaya, kota sebesar ini sendirian (ingat, dia dari Yogjakarta, 10 jam dari Surabaya).

Ia hafal benar ia harus naik bus Eka sampai Bungur Asih dan 2 kali naik angkutan umum untuk sampai ke Kampus kami.

Belum selesai disana, ketika kami menawarkan minum, ia menolak dengan alasan ia dilarang untuk meminta minta.

Keukeuhnya prinsip tidak meminta minta ini sampai memaksa kami mencari alasan lain agar ia menerima air minum itu (ia tampak sangat lelah dan kehausan). Kami
berdalih bahwa air minum itu adalah hadiah karena dia sudah lulus ujian (bisa menemukan alamat adalah ukuran kelulusannya).

Disela perbincangan kami ia bercerita bahwa di sekolahnya ia belajar baca tulis, ketrampilan, dan agama.

Ia menyebutkan ada dua agama disana yang pertama adalah agama Allahuakbar (red. Islam) dan pak Yesus (red. Kristen/Katolik).

kebetulan ia beragama Allahuakbar tuturnya. Lama berbincang, ia teringat bahwa hari ini adalah hari
Jumat. Ia membacakan (dia hafal, tanpa teks) surat Al-Jumu'ah bagi kami. Suaranya merdu dan bacaaannya benar, dia juga hafal dengan baik. Saya dan rekan kerja
saya sampai luluh dan menangis.

Dia juga memberi tahu kami bahwa ada aturan yang harus ditaati selama ujian ini.

Pertama adalah boleh bertanya, namun tidak boleh diantar.

Kedua adalah tidak boleh naik kendaraan yang bersifat mengantar seperti taxi dan becak.

Ketiga, tidak boleh meminta - minta. dan masih banyak aturan lain yang
mengoyak nurani saya.

Saya jadi berfikir, sudahkah kita memiliki moral sebaik tamu Tuna Grahita ini? Bahkan dia mencari tempat sampah untuk membuang sampahnya.

Sedangkan kita? Ada satu celetukan polos yang ia tanyakan pada kami. Ia bertanya, berapa banyak ayam
yang harus dijual untuk pergi ke Mekah? Untuk ke Surabaya saja ia harus menjual ayam 3 ekor. Ia ingin ke mekah karena sudah bisa mengaji.

Dari tamu ini saya belajar banyak tentang makna hidup, kejujuran, bagaimana berjuang dan terus memotivasi diri sendiri. Dia berkata bahwa dia dilarang bersedih. "Kata
pak Guru aku ngga boleh sedih, kalo sedih nanti bodo lagi", ucapnya polos.

Dari sini, masih bisa sombongkah kita bahwa mahasiswa adalah makhluk paling pintar dan paling baik moralnya? Mari belajar dari sekitar, termasuk dia.

ditulis oleh Intan Putri Purnama Ningrum

Prof atheis

Seorang profesor yg atheis berbicara dlm sebuah kelas.

Profesor : "Apakah Allah menciptakan segala yg ada?"

Para mahasiswa : "Betul, Dia pencipta segalanya."

Profesor : "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan."

(Semua terdiam, kesulitan menjawab hipotesis profesor
itu).

Tiba², suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.

Mahasiswa : "Prof, saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?"

Profesor : "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja, dingin itu ada."

Mahasiswa : "Prof, dingin itu tidak ada .. Menurut hukum fisika, yg kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas...

Suhu -460 derajat Fahrenheit adalah ketiadaan panas samasekali. Smua partikel mnjadi diam, tidak bisa
bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas...

Slanjutnya, Apakah gelap itu ada?"

Profesor : "Tentu saja ada!"

Mahasiswa : "Anda salah, Prof!

Gelap jg tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya.

Cahaya bisa kita pelajari, sedangkan gelap tidak bisa. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna. Tapi, Anda tdk bisa mengukur gelap...

Seberapa gelap suaturuangan diukur melalui berapa besar intensitas cahaya di ruangan itu.

Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya.

Jadi, apakah kejahatan/kemaksiatan itu ada?"

Profesor mulai bimbang, tapi

menjawab : "Tentu saja ada."

Mahasiswa : "Sekali lagi anda salah, Prof!

Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan/kemaksiatan. Seperti dingin & gelap, 'kejahatan' adalah kata yg dipakai
manusia utk menggambarkan ketiadaan Allah dalam dirinya.

Kejahatan adalah hasil dr tidak hadirnya Allah dlm hati manusia.

Profesor terpaku & terdiam.
Dosa terjadi krn manusia lupa hadirkan Allah dlm hati.
Sumber *Dariteman